Kekalahan ISIS dan Petaka Baru Untuk Pendukung
Kepoingue.com – Walaupun pemberitaan tentang Islamic State Iraq and Syiria (ISIS) tidak terdengar walaupun terasa samar-samar dalam beberapa tahun terakhir. Minim nya media menyoroti serta menggungkapkan kepublik bukan kerana kekalahan ISIS, namun dalam dua tahun terakhir dunia berlomba-lomba untuk memperbaiki diri dari sektor kesehatan, tentunya tidak asing lagi bahwa penyebab utama adalah Covid-19.
Walaupun samar-samar, setidaknya beberapa kejadian nampaknya
tidak bisa dipisahkan dari ideologi ISIS dan beberapa ekstreamis lainnya.
Kejadian tersebut terbilang sangat tidak memungkin akan terjadi lagi, apalagi
jika dilihat dari histori kekalahan serta kehancuran ISIS di Timur Tengah.
Sayangnya, walaupun manusia diberikan kaki untuk mengindari singa serta
diberikan mata untuk melihat datangnya singa, nasib buruk tetap terjadi hanya
dikerenakan ideologi sesat nan fanatisme.
Ideologi yang digembar-gemborkan seperti kekhilafahan
sebenarnya sudah jauh berakhir, ketika orang tua terdahulu tidak lagi
menggunakan sapi atau kerbau untuk menarik pedati mereka. Walaupun ada, tetapi hanya
seonggok kekuasaan tabu dimana negara tersebut di pimpin oleh raja ataupun ratu
sperti halnya sekarang di wilayah Timur Tengah. Pergantian dari era pedati ke era
serba mesin, pemikiran manusia tidak lagi beroreantasi tentang pemerintahan
dengan sistem khilafah, namun sudah beranjak pada bagaimana menghasilkan
sumberdaya manusia yang baik dan dapat memberikan kontribusi untuk banyak orang
yang berbasis sains dan teknologi.
Sedangkan diera modern saat ini, dimana lebih berharga untuk
membicarakan Blockchain dibandingan berargumen tentang keyakinan. Hal ini
tentunya didukung dengan pandangan, bahwa kepercayaan adalah tools untuk
mempererat kedamaian bukan untuk mempermainkan sensitivitas sosial sekala kecil.
Saya sendiri banyak mendengarkan berbagai kemajuan negara-negara Eropa, baik
dari teman, buku, hingga guru-guru saya. Dalam obrolan santai dengan ditemani
kopi, perkembangan tersebut didasari oleh pendidikan yang mempuni dan cara
berpikir masyarakat yang lebih luas, termasuk dengan cara beragama.
Saat ini, di negara
kita masih saja berbicara tentang agama masyoritas serta minoritas tanpa sadar
negara-negara lain sudah membangun Matahari buatan serta mobil yang mamiliki
kemampuan terbang selayaknya merpati muda. Padahal jika berkaca pada sejarah
Nusantara, Indonesia memiliki agama nenek moyang sebagai penghulu semua agama
di Indonesia seperti Sunda Wiwitan, Klewangan, Pejawen serta beberapa agama
lainnya. Sedangkan agama yang menempati jajaran yang sah di Indonesia,
rata-rata mereka memang diekspor dari luar negeri, disini membingungkan
sebenarnya seperti apa kita memaknai sebuah makna mayoritas.
Begitulah kita saat ini, dimana selalu disibukan oleh
perdebatan yang tidak berujung ditambah dengan ekspansi ideologi yang akan
menghancurkan orang lain dan menghancurkan dia sendiri. Kekalahan ISIS di
wilayah Idlib serta menewaskan Abu Bakar al Baghdadi, membuat semakin banyak
orang berpikir bahwa tidak layak agama dijadikan korban demi kekuasaan,
terlebih dengan cara merampas wilayah negara berdaulat.
Menyakitkan memang, namun itulah kenyataan yang ada saat ini
banyak dari pemuja ISIS atau yang disebut Eks ISIS terlunta-lunta berharap
belas kasihan dari negara-negara yang sebelumnya dijadikan sebagai lawan.
Sebagai contoh, eks ISIS yang dahulunya berasal dari Indonesia setidaknya
berjumlah ribuan orang mencoba mengadu nasib untuk mendapatkan apa yang menjadi
tujuan mereka, pada akhirnya mereka memohon untuk kembali menjadi warga negara,
yang mana telah ditolak langsung oleh undang-undang. Ada sekitar 800 orang
lebih baik perempuan, laki-laki, lansia, anak-anak, dan lainnya saat ini
menerima petaka dari hasil apa yang mereka perbuat dan menetap di camp-camp
tentara kurdi.
Bagi negara, memutuskan untuk menarik kembali eks ISIS
kenegara masing-masing sebenarnya sangatlah susah, jika diibaratkan seperti
simalakama disisi ingin menolak namun terdapat dorongan dari berbagai lini baik
dalam negeri maupun luar negeri, dengan alasan yang berpariasi dan berujung
pada alasan kemanusian serta lainnya. Jika melihat kasus di Indonesia, terkait
bom bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok ekstremis tidak sedikit pelaku
utamanya terindikasi pernah menjadi kelompok ISIS atau retrunes.
Dengan demikian, kita berharap bahwa tidak ada lagi
pemberitaan tentang kejahatan bom bunuh diri di Indonesia, walaupun
samar-samar. Kekalahan Militer ISIS di wilayah Suriah dan Irak menunjukan, bahwa
pemikiran ISIS tentang negara kekhilafahan tidak bisa diterima oleh banyak
masyarakat didunia. Kezaliman yang ditunjukan oleh ISIS, menunjukkan bahwa ISIS
bukanlah orang-orang yang menjalankan syariat Islam melainkan menggunakan Islam
sebagai justifikasi.